Untuk Perempuan Terindah

 

Untuk Perempuan Terindah (IBU)

Puisi oleh Mieft Aenzeish

 
 

Wahai wewangian yang tak butuh wujud

Aku adalah kekasih abadimu

Dan engkau tak pernah lelah untuk sujud

Mengalirkan doa bagi aku, kekasihmu

 

Namun celakanya aku, wahai Ibu

Sering kali masih jadi abu-abu

Kadang baik

Kadang mosaik

 

Namun Ibu, itulah indahnya engkau

Tak pernah ada benci yang mencekau

Selalu bagai bakau

Mengendapkan kebaikan yang memukau

 

Ibu, meski aku lebih rapuh dari sepotong kayu

Aku tak kan pernah jadi layu

Senantiasa ada engkau dihatiku

Menjadi pengingat siapa sebenarnya aku

 

: seseorang yang tak kan ada jika tanpamu

 
 

22.06.2017

Bandung

 
 


NOTE :

mosaik2/mo·sa·ik/ n penyakit virus pada tumbuhan yang dijangkitkan oleh serangga dan menyebabkan bercak kekuning-kuningan pada daun

cekau/ce·kau/ v, mencekau/men·ce·kau/ v menangkap atau memegang (dengan cakar, tangan, atau mulut):

 
 

Ibu, Ini Puisi Untukmu

Ibu, ini Puisi Untukmu

Puisi oleh Mieft Aenzeish

 

Ibu, ini puisi untukmu

Engkaulah kekasih pertama bagiku dan yang tak pernah jadi akhir

Aku hidup dari rasa sakit yang menderamu

dan Engkau mengajariku untuk tak takut pada rasa getir

: karena hidup, selalu ada tempat untuk mereka yang berpikir dan bertakbir

 

Itu yang selalu terngiang dalam diri dan hidupku

ucapan sederhana, terbuat dari hati penyayangmu

dan Aku merasa, masih bisa menikmati indahnya Kau pangku

meski tak sebagaimana dulu, kini Kau pangku Aku dengan nasehatmu

 

Wahai Ibu, kekasih yang tak letih memberi sejuta kasih

maafkan Aku atas banyak salah yang tak ku sadari

bawalah Aku kepada surga yang Kau pilih

dan doakanlah Aku untuk tetap kuat berdiri

: sebagaimana Kau kuat melawan prahara hidup ini

 

21.03.2017

Cimahi

 

 

Scroll to Top