senda ~ Puisi TIMUR SINAR SUPRABANA
telah kunyatakan cintaku padamu sebagaimana kucing mengeong burung terbang ikan berenang dan telah pula kau nyatakan cintamu sebagaimana bunga mekar bijian mengecambah bebuah meranum hingga tibatiba malam berbisik menyatakan rindu pengin bisa jadi kau sebelum fajar mempedaya kemesraan dengan gairahnya yang menyemburat oranye
pucat
ketika itu aku memburumu dan kau mencariku sampai kita tak pernah sua bahkan walau dalam mimpi saat pukul duadua berhujan dan tak juga kunjung terang walau sudah menjelang jam dua siang
apakah kau nyata
atau akukah yang cuma lamun?
22.36
02.06.2020
semarang
klakson ~ Puisi TIMUR SINAR SUPRABANA
apa yang hendak dikatakan klakson saat ia menguar, berulang, pendekpendek, melarik, ketika engkau, sendiri, di beranda, sedang duduk di kursi rotan itu sembari entah melamunkan apa yang, dulu, pada sangkamu bakal membawamu ke banyak danau dengan permukaan air punya banyak warna yang tiga diantaranya belum pernah kaulihat bahkan dalam mimpi paling indah sekalipun, o, kekasihku yang kini bahkan mungkin apa warna kesukaankupun telah kau lupa
kekasih kekasih kekasih kekasih sungguh sedang kurindu kau sampai sedih sampai merana sampai tiada rasanya yang pernah sampai
kekasih kekasih kekasih kekasih kekasih pada banyak malam, ingatkah, kadang begitu kau rindu kapan ada waktu tak punya pagi dan ke manapun melangkah sejarak dua atau paling jauh lima meter ada ranjang, kosong, dengan kasur bersprei sulaman initial gabungan nama kita dan di luar jendela, aih, belasan bulan saling mengitari seolah menari sebab berayun dan melayang tak hentihenti dalam purnama yang nyaris sempurna
lalu kita, katamu.., rela jadi apa saja asal berdua
….
kini, bahkan setelah pencipta dan penyanyinya meninggal, tinggal lagulagu didi kempot yang asyik disenandungkan berulang
….
10.27.
01.06.2020
semarang
lalu begitu saja ~ Puisi TIMUR SINAR SUPRABANA
lalu begitu saja, seperti
dalam filmfilm horror
yang digarap dengan biaya produksi
paspasan oleh sutradara
tidak terkenal,
kota pleyatpleyot
udara jadi kelabu
bahkan di siang terik
dan orangorang melangkah
memenuhi jalanan
penculat penculut
dengan tangan ndepaplang
kayak jaelangkung minta diantar
pulang
“sedang tak ada yang betul,” kata
seorang teman. “seperti banyak
entah siapa
melabur kacakaca jendela
dengan tahi.”
aku ngguyu
“ayo,” kataku. “ke sana
liak orangorang menanam virus
sambil belanja gombal warnawarni.”
dia menggeleng.
“aku ingin di sini saja,” jawabnya.
“memandang buah jambu
yang sibuk mengubah paras pakek faceapp
biar nampak serupa apel.
siapa tahu
ada kucing nyrunthul dengan wajah
singa.”
lalu begitu saja
tak kusua yang benar
bahkan pada puisi
yang sudah ditulis dengan betul
….
09.37
01.06.2020
semarang.
semalam mimpi ~ Puisi TIMUR SINAR SUPRABANA
daundaun
satusatu
pilih lepas dari ranting
yang berbulan jadi tautan
lalu dahandahan
memoklèk diri dari batang
hingga pohon
tinggal kering
bikin bertahun sesudahnya
bungabunga ataupun buahbuahan
cuma bisa disua
pada fotofoto lama
itupun hitam putih
dengan pinggiran deret segitiga
cinta
jadi kenangan
kenangan
menjauh dari kerinduan
dan kerinduan
mengeringkan badan
sampai tahutahu
hati jadi gurun
jiwa menjelma rawarawa
dan orangorang
dengan wajah sengsara
bercakap tentang rasa bahagia
tinggal garismaris di telapaktangan
bertahan tetap terhubung pada jejak
berlumut
…..
07.43
31.05.2020
semarang
angka angka
nol sampai sembilan
mengembara ke aneka
meliukkan harapan
ada yang kupikir berkereta
ke ibu kota
beberapa, 2 dan 7, bersama 5
tak bosan berlarian di sepanjang gang
4 dan 1
sejak berbulan lalu
sembunyi di laci
melamunkan ujung pensil
lalu kusua deret hari
muram dan gentar
gemetar oleh wabah
dan hujan abu dari mata pengantuk
tak kutahu
warna apa lagi yang belum
ketika cat mulai menolak ujung kuas
dan uap hujan melembabkan kanvas
saat itu
bersama angka angka
aku ingin ke mana saja
barangkali kecuali ke di mana kamu berada
bertahun
: menungguku
………..
17.59,
30.05.2020,
semarang
pemandangan
bisa kulihat
membayang jahat
dari di mana angin
melampiskan berjenis rasa ingin
engkau
risau,
risau
melimau,
limau
berkilau,
kilau
mengengkau,
berulang
pergipulang
melulu bimbang
limbung tapi bukan kerna diayun gelombang
oh, engkau, kekasih
pagi yang keberapa ini?
jika harus menghitung
biarlah nafas yang membilang,
sebab bukankah bungabunga
kapan pernah peduli apa warniwarnanya?
seperti pernyataan cinta
kadangkadang
tak mengandung terang
seperti goa
dalam jiwa
….
06.10
30.01.2020
semarang
Sumber Puisi dari akun FB Pak Dhe Timur Sinar Suprabana : https://www.facebook.com/tuanMalam
Sumber Foto : https://www.rentalmobilbali.net/pemandangan-kabut-desa-pinggan-kintamani/