Jeritan Nafas Rohingya

Jeritan Nafas Rohingnya

Puisi oleh Mieft Aenzeish
 
 

 
 

Ketika seharusnya kami tertawa

Ketika seharusnya kami bahagia

Justru, yang datang adalah nestapa

Yang kami reguk adalah air mata

 

Dan kami makan dari rasa kenyang

Yang mengucur dari darah segar anak-anak kami

Dari potongan tubuh para suami

Dari jeritan mata sembab para istri

Yang harus kuat ditinggal pergi

Untuk selamanya

 

Bagaimanakah kami kembali menulis lembaran hidup ini?

Jika sepertinya pena kami sudah tak lagi bertinta

Kering oleh ketakutan dan kekhawatiran yang membara

Sedang kami harus kuat demi anak-anak kami

 

Masih adakah tempat di bumi ini untuk kami tinggali?

Setelah kami tak lagi bisa pulang ke Tanah kelahiran kami

Yang kini sungguh telah hancur tak berpenghuni

Dilahap tangan-tangan merah dan para biadab yang kini sedang menari

Sembari bernyanyi,

Menyanyikan prosesi kesengsaraan kami

 

Dari tetesan sisa hujan lalu kami punya daya untuk kembali berjalan

Bersama ribuan tubuh yang memikul kepedihan

Melangkah ke yang lebih baik dari pada kampung halaman

Meski harus dalam pengungsian di perbatasan

 

 

03.09. 2017

Bandung
 
 

Scroll to Top