Lingkaran Kehidupan – Puisi Janaka

Ini adalah lingkaran kehidupan

Puisi oleh Janaka (Naro Official)

 

Ini adalah waktu yang tepat
Saling memberi
Saling memaafkan
Saling merendahkan hati
Saling peduli
Bukan mencaci
Bukan ber ghibah
Bukan menghakimi
Bukan mencari siapa salah siapa benar

Ini adalah waktu yang tepat untuk mengikhlaskan
Berbesar hati dan menyadari bahwa kita ini hanyalah butiran debu di langit lepas

Tak ada panglima
Tak ada penyair terhebat
Tak ada maestro terbaik

Semua sama, menanti pada pintu pintu kematian

Menarilah
Bernyanyilah
Melukislah kawan,
Membaca lah

Tak akan pernah ada keabadian
Tak akan pernah ada kesempurnaan

Hanya nafsu yang telah lepas tanpa kendali
Harus tunduk
Harus patuh

Semesta Menjadi Hakim
Semesta Menjadi Raja

Tak ada penguasa
Hanya Tuhan
Hanya Tuhan

Benar mu bukan Benar mu
Salah mu bukan Salah mu

Maafkanlah
Maafkanlah hati, kata, mata, kaki dan telinga yang selama ini kau gunakan untuk menghujat, menghakimi bahkan mereka mereka Iblis dalam pikiran mu

Hanya untuk kekuatan, kekuasaan dan kepentingan…..

Apa arti uangmu
Apa arti jabatanmu
Apa arti kejayaan

Jika akhirnya Alam Berkata;
Dan kata katamu tak lagi bermakna.

Lorong Tepi Langit, 14/04/2020.

#jagajarak #stayhome #lekassembuh #damailahindonesia #corona #pray_love_and_hope

Disini Bukan Tempatku ~ Puisi Lebah Madu

 

Disini Bukan Tempatku

~ Puisi Lebah Madu

 

Kemudi mu ikuti langkah kaki-ku

Menyusur panas aspal jalanan tanpa gerutu

Kemudian kau bertanya, bisakah kamu tinggal disini?

Diantar sesak dan hiruk-pikuk tak kenal waktu?

 

Tak ada waktu untuk menjawab

 

Sebab, setiap lelah tadi malam, tak bisa terbayar istirahat sampai pagi

Beruntung rahangku masih kuat menahan senyum,

menyapa selamat pagi pada setiap sudut mata yang masuk tanpa melihat

 

Kering, laci dan meja kasir setiap malam

Berubah macam prasangka dan tuduhan, kita saling menuduh,

melempar semua kebaikan di setiap sudut toko dan membuangnya

 

Kini, aku bisa menjawab

Esok aku harus pergi

Disini bukan tempat ku

 

Kopo, (dalam ingatan) 2016

 

Karena Hidup Saling Berkaitan

Karena Hidup Saling Berkaitan

Puisi oleh Miftah Sr.

 

Karena Hidup Saling Berkaitan
Karena Hidup Saling Berkaitan

 

Ini tentang kehidupan

Sebut saja analogi kemacetan

Dimana sepeda motor selalu punya dua pilihan

Hendak laju pada samping kiri mobil-mobil atau samping kanan

 

Terkadang kita memilih samping kanan

Berharap jauh lebih lancar menyalip keramaian

Namun ternyata salah

Samping kiri dari mobil-mobil justru lengang sudah

 

Begitupun sebaliknya,

Ketika memilih samping kiri, juga malah lancar hanya diawalnya.

 

Nah,

Di titik itulah

Kita pilih pada satu arah

Lajur kanan tetaplah

Lajur kiri teruskanlah

 

Karena pada kesempatan berikutnya

Akan ada peluang baru kan terbuka dengan sendirinya

Semua jadi mendapat hal yang sama

Mencapai tujuan pun laksana

 

 

:maka janganlah kembali, menyerah pada titik lelah!.

 

 

27.11.2018

Subang

 

 

Puisi Kehidupan : Sebuah Suara


Puisi Kehidupan : Sebuah Suara
Puisi Kehidupan : Sebuah Suara

 

 


Sebuah Suara

Puisi oleh Miftah Sr.

 

 

Ia mengalun

Ia bersayap

Ia keluar dari lidah dan sepasang bibir

Ia menghinggapi telinga

 

Serupa elang yang menyebrangi matahari

Kelak ia mukim di hati

 

Terasa begitu manis

Jika suara itu lembut menggaris

 

Dan terasa menyakitkan

Jika suara itu timbul dari kebencian

 

Sayap-sayapnya takkan bisa bikin kembali

Meski mencoba jilat ludah sendiri

Nikmati saja jika terlanjur ia terbang

Hinggap di dada orang-orang

Lalu terima suara lain

Yang lebih menyakitkan mungkin

 

Maka, ada baiknya bukan?

Berpikir jernih sebelum sayap dilepaskan

Agar jauh dari celaan

Untuk diri, kebaikan.

 

 

07 April 2018

Bandung

 

 

Tentang Menuju-MU

Jalan MenujuMu
Jalan MenujuMu

 

Tentang Menuju-MU

Puisi oleh Miftah Sr.

 

Kepada keberadaanMu

Aku menyangka dunia ini adalah manifestasi dariMu

Tetapi bukan, justru Engkaulah manifestasi dari dunia ini

Engkaulah yang sejatinya nyata

Engkaulah yang berada

Sedang mataku terpedaya

 

Kepada keindahanMu

Aku menyangka bahwa sebagai diri aku dapat menemuiMu

Tetapi aku salah, justru Engkau akan bisa kutemui jika aku telah hilang dari diriku

Sebab untuk sampai kepadaMu, ada hijab besar menggelapi

Aku harus merobeknya

Atau menunggu Engkau membukakannya

 

Kepada kasihMu

Aku mengira bahwa karomah adalah bentuk kasih utama yang kau beri

Sehingga aku lalu sibuk mencari cara mendapatkannya

Tetapi aku keliru, benar-benar keliru, sebab justru keutamaannya ada pada istiqomah

Melakukan hal baik, tak peduli sedikit, penting dilakukan terus menerus

Tanpa rasa lelah

 

Sebagaimana kemuliaan Sang Purnama

Beliau ulurkan tangannya untuk menyuapi

Meski perkataan buruk menghujaninya

Tak jadi surut kebaikannya

Sampai beliau pulang

Sampai air mata dari objek laku istiqomahnya berlinang

 

 

03 April 2018

Bandung

 

 

Scroll to Top