Perjalanan Abadi
Puisi oleh Mieft Aezeish
Melalui batas jingga yang seakan bercengkram di atas kepalaku
Aku bernyanyi tentang kematian dari riuh kehidupan
Kehidupan yang berdaulat kepada hati yang beku
Menjadikan air sungai tak lagi mengalirkan kesegaran
Awan serentak mengumpulkan mendung
Dan kuberlari mencari tempat tuk berlindung
Namun aku hanya menemukan deretan dipan-dipan
Dan disampingnya telah sedia lubang kuburan
Aku berseru pada pemilik keabadian
“Wahai Tuhan, jalan apa yang sedang kutempuh ini?
Pada setiap sudutnya hanya kutemu tanda kematian,
Dan langit tak pernah henti menggunturkan prosesi sunyi.”
Kemudian aku merasakan bahwa perjalanan ini sejenak berhenti
Serupa titik pada huruf Nun yang tak bisa diganti
Dan keabadian hendak menelanku dari indahnya wajah hari
Sebelum kemudian aku melihat sinar yang seterang mentari
Aku mendekatinya,
Dia menuntunku
Aku dan dia berjalan tanpa ada tanya
Cukup hanya tahu, ini tempat kembaliku
: tempat dimana hidup hanya untuk Sang Pemberi Hidup
22.03.2017
Cimahi