Kontradiksi Asmara

Kontradiksi Asmara

Puisi oleh Perempuan K

Patutkah mendung dipersalahkan…?
Atau
Mentari yang divoniskan
Bukakah mereka tak peduli…

Perlukah gula
Butuhkah kopi
Manis saja tak indah
Pahit saja tak menarik

Padukan biar menjadi hitam manis

Tapi ahhhh
Dinding itu terlalu angkuh
Pembatas itu terlalu egois

Larutan gula Jawa dan kopi Pulau Pembunuh
Dermaga perjuangan
Melahirkan sebongkah harapan
Memupuk sekeping kasih

Meski tangan tak berjabat
Mata tak menatap
Bergetar tanganku
Merangkai tentangmu ada
Debaran aneh yg kurasa…
Maaf aku lancang katanya
Apa perlu kujawab
Bibir tak mampu berucap…

Teka-teki sang takdir
Permainan gejolak kanfas memudar
Pena mulai letih Bukankah…penaku terinspirasi dari kanfasmu…?

Kisah Steven dan Makdalena
Tragedi Zainudin dan Hayati
Melanglang buana
Menikmati hitam manis kopi
Di dermaga perjuangamu dan Pulau Pembunuhku
Bersarang mimpi kita

Jangan hangatkan lagi kopi hitam manis
Pecahkan cangkir
Hancurkan dermaga

Bolehkah kita perjuangkan yakinku…
Tak ada lorong
Tak ada medan
Dermaga tengah menanti saatnya untuk roboh

Hayati lolongan anjing
Nikmati muramnya bulan
meditasikan
Karena kita sudah terlalu jauh ditinggal malam

Gelombang memarahimu
Buih menamparku
Di tengah gelap
Hitam pekat
Sunyi sepih

Ingat…
Pelangimu…
Letikan jemarimu…
Suara pengerasmu…
Keringatmu…
Lanjutkan penahmu
Lanjutkan teriakanmu
Meski tak ditemani
Gula Jawa dan kopi Pulau Pembunuh di dermaga perjuanganmu…

Ende, 12 Oktober 2017

Scroll to Top