Hujan yang Terdiam dan Burung Kedasih
Puisi oleh Mieft Aenzeish
Pada jam ketika sore telah menjelma lukisan
Aku diam menikmati hujan yang terdiam
Nyanyian burung, nyanyian burung kedasih terdengar pelahan
Sesampai Aku, menemu diri pada lamunan terdalam
Nyanyiannya terbuat dari tetesan sisa hujan
Yang jatuh melalui pucuk daun lalu ke punggungnya
Dan wangi dedaun adalah selimut kesendirian
Sementara hujan, memilih tetap dalam diamnya
Ketika burung Kedasih itu bernyanyi tentang kesunyian
Hidup telah bagai tak tersisa selain air mata
Ketika Malaikat disampingnya, ia berkicauan
Gembira, melihat kehendak Tuhan kan berkata
Kemudian gerimis kembali menyapa
Semut-semut bertasbih disebalik jendela
Sedang Aku masih terdiam menikmati rasa lupa
Berharap hidup ini kembali ke semula
02.03.2017
Bandung