Rencana dan Do’a (Keyakinan Nyata) – Puisi Karya Gentur Chairussani

Rencana dan Do’a (Keyakinan Nyata)

Puisi Karya Gentur Chairussani

 

Mungkin kita adalah perencana terbaik

Dengan pemikiran dan ide yg menarik

Namun sadar kah tentang hati yg berbisik

Bahwa kepastian jauh lebih baik dan yg terbaik

 

Dimana rencana hanya sementara

Sedangkan pasti itu selamanya

Kembali lah kepada kepastian nyata

Kita berencana tapi di sertai do’a

 

Mungkin harusnya mulai dengan do’a

Sebelum rencana indah akan tercipta

Mungkin terbaik hanyalah do’a

Dengan rencana dan keyakinan nyata

 

Gentur Chairussani

17 Juni 2021
https://web.facebook.com/genthoerz (Klik Link Profil Penulis)

 

Bianglala – Puisi Karya Hari Untoro Dradjat

*- B I A N G L A L A -*

Puisi Karya Hari Untoro Dradjat

 

Aora yang berwarna warni

Perbedaan ada secara alami

Bianglala muncul di sore hari

Sembunyi di balik petir menggelegar.

 

Denting warna bunyi

Suara dasar anak tangga nada

Gerak gelombang yang menggema

Gema bergaung di dalam relung jiwa.

 

Mendengar suara indah

Horizon membentang luas

Bianglala menghias cakrawala

Kalbu menangkap pesan pencerahan.

 

Menatap langit cerah

Kejernihan hati mengalir ceria

Mendengar suara alam semesta

Tiada lain kecuali manifestasi Dia semata.

 

Hari Untoro Dradjat,

16-06-2022
https://web.facebook.com/hariuntoro.dradjat.7 (Klik Link Profil Penulis)

 

Surat Cinta – Puisi Dian

Surat Cinta

Oleh: Dian

 

KepadaMu wahai Zat yang tiada tertidur dan terus terjaga

Kepadamu wahai Nur yang menerangi seluruh jiwa penuh iman dan kasih sayang

Terimakasih atas segala takdir

Terimakasih atas segalanya

 

Hati yang kemarin masih kering kini seolah meluapkan mata air tiada terbendung

Justru bukan disaat aku mengaduh atau tersungkur

CahayaMu datang disaat hatiku tersenyum dan nafasku menangis bahagia dan mulai belajar bersyukur

 

Iya justru karena aku menjumpaiMu di sebuah malam penuh makna

Ijinkan hamba melakukan yang terbaik bukan karena dunia

Namun sengaja berbuat sesuatu untuk lebih mengenalMu

Duhai penguasa semesta

Beserta kekasihMu khalifah sejatinya dunia

 

Malang, 04032022

Kunjungi Profil FB Penulis : Dian Bioglass

 

Perjalanan Seorang Pengelana – Puisi Hari Untoro Dradjat

Perjalanan Seorang Pengelana

Puisi by Hari Untoro Dradjat

 

Aku sudah berjalan

Setelah aku menemukan arah

Kepada siapa aku harus berkiblat

Disanalah ku dambakan Sang Pencerah.

 

Aku sudah melangkah

Setelah aku teguhkan niat

Kemana jalan yang harus ku tempuh

Disana ada suatu hakikat tanpa pamrih.

 

Aku dambakan diriNya

Selalu kusebut namaNya

Aku rindukan kehadiranNya

Singgahlah di hati yang sedang gundah.

 

Akulah seorang pengelana

Yang selalu ingin menghamba

Aku ingin tetap memuji kebesaranMu

Engkaulah tempat memohon pertolongan.

 

Demikian jauh aku berjalan

Kian panjang jarak yang ku tempuh

Ku turuni lembah dan ku daki puncak arasy

Seorang pengelana mengucapkan doa:

“Semoga terhindar dari segala rintangan, dan mendapatkan berkah keselamatan”.

 

Hari Untoro Dradjat. 22-03-2022.

Kunjungi Profil FB Penulis : Hari Untoro Dradjat

 

Kidung Malam – Puisi Rizal De Loesie Yufrizal Pasaman

 

Kidung Malam

Puisi by Rizal De Loesie Yufrizal Pasaman

 

Kidung malam

Ajari aku membalut rasa sunyi

Dari jejak masa yang kugenggam setampuk kata mewujud rasa

Entah angin atau dingin

Aku tak mahir membedakan

Lahir atau takdir

Pada fajar, memerah pendar cahaya

Bangunlah diriku, dari tetesan wudhu

Kupulangkan kepada-Mu

Sesungguhnya kasih,

Dari maha pengasih

Ajari aku mahir mengeja waktu

Tidak dalam kesia-siaan itu

Bersebab rindu sungguh semu

Asa sesungguhnya maya,

Dekap tak selalu dekat

Ajari aku membaca tanda,

Tanda apa saja, tuntun dalam cahaya

Cahaya diriku, cahaya semesta

Cahaya muasal cahaya

Dalam cahaya-Mu

 

Bandung, 2022

Rizal De Loesie Yufrizal Pasaman

 

 

Serupa Laron Mencari Cahaya – Puisi Tino Watowuan

Serupa Laron Mencari Cahaya

Puisi oleh Tino Watowuan

 

Kita segerombolan laron-laron itu
yang beterbangan mencari cahaya
penuh sekuat daya upaya
sesak mendesak di gerbong waktu

Ada sayap- sayap yang patah
lalu gugur memeluk takdir
pun ada yang bangkit setelah jatuh

Ia adalah cahaya lampu-lampu itu
menggantung di rumah-rumah
di jalan raya, di mana saja kita temui

Bila tak ada cahaya yang menyuluh
penuh seluruh pengembaraan
kita tak jadi apa-apa
bahkan tiada

Kb, 2 Maret 2020

Doa – Puisi Dann Julian

DOA

(puisi karya ‘Dann Julian’)

Ya, Allah….
Lindungi kami dari corona
Kami manusia mahluk lemah
Tak mampu melihat ujud wabah
Bak orang buta di lorong gulita

Kami gamang, ya Allah…
Kemana kaki harus melangkah?

Kapan harus menghindari corona?
Dimana harus menjauhi?
Pada saat apa harus pergi?
Harus dimana bersembunyi?

Kami takut keangkuhanku
Kami takut kesombonganku
Kami takut limpahan hartaMu
Membuat ia mendekat

Kami takut kelalaianku
Kami takut kebodohanku
Kami takut kefakiranku
Membuat ia mendekat

Ya, Allah…
Kami sangat takut teguranMu
Kami ladang dosa, ampuni, ya Allah
Kami takut amarahMu
Bersihkan hati kami di bulan suci

Kami hanya bisa berlindung padaMu
Dibalik kebesaranMu
Dibalik kuasaMu
Dibalik kekuatanMu

Kau yang menciptakan corona
Ia hanya patuh perintahMu
Tunduk padaMu, bersujud padaMu
Panggillah kembali mereka dari bumi

Ya,  Allah,
Kami kangen bersilahturahmi
Saling jabat tangan, saling memaafkan
Dengan sanak saudara
Kami ingin memeluk dan mencium
Ayah-bunda di tanah kelahiran

Kami ingin kumandangkan asmaMu,
Kebesaran namaMu bersama-sama
di rumahMu…

(15 April 2020 dinihari 02.51)

 

Dann Julian
Akun FB : Dann Julian ✓

15 Puisi untuk Sang Pemilik Cinta

15 Puisi untuk Sang Pemilik Cinta

Puisi oleh Miftah Sr.

 


Sebab Semuanya Adalah Ia
~

Maka tidaklah gelap itu ada
Sebab sebetulnya hanya kurang cahaya

Maka tidaklah diri ini ada
Sebab sebenarnya hanya Ia yang mewujud segala

Cinta dan yang menyertainya
Buah karya terindah keberadaanNya

Dan saat kapan kemudian diri ini mulai congkak
Seharusnya kita tidak jadi bengkak
Terhadap kesenangan
Menjangkit kesombongan

Sebab semuanya adalah Ia
Mengapa masih ngaku Kita?

Marilah kita berlari jauh ke ujung sana
Menggapai apa yang seharusnya
Merepresentasikan kasihNya
Menunaikan perintahNya

18.7.18
Bandung

#1

 

Dengan MengingatMu aku Bahagia

~aku mencoba untuk memilah kalimat tepat
Menggambarkan kebahagiaanku ketika mengingatMu
Namun,
Setiap kalimat yang ada justru merendahkan diri
Tak berani maju untuk mewakiliaku mencoba mencari cara lain
Untuk melukis kebahagiaanku ketika mengingatMu
Dengan cara membayangkan apa yang telah Kau berikan
Namun,
Bayanganku kian lama makin kuat getar,
Tak lagi mampu menahan, hitungan yang membelukar

Lalu aku kembali mencari lain cara
Dan kutemu
Lebih mudah dari kedua cara yang kucoba
Ialah ketika aku
Melihat senyum manusia
Dengan berbagai alasannya

Sebab dengan mengingatMu aku bahagia,
Tentu pun sama,
aku bahagia ketika aku melihat mereka
Segala sesuatu yang Engkau cipta

18.7.18
Bandung

#2

 

Maha Indah
~

Ketika aku jauh dariMu
Engkau datangkan keindahan
Engkau butakan aku
Juga engkau buka kebaikan

Dengan kebaikan yang Kau buka
aku melangkah pada keindahan
Seolah jalanku benar
Seakan ridhoMu tertebar

aku lalu tenggelam pada dua
Kesalahan dan Kebenaran
Kesalahan itu tak kunjung pecah
Kebenaran pun tak lekas berkah

Sampai kemudian Engkau
Di setelah pertengahan
Menghukum aku yang terlanjur silau
Dengan anak panah yang berjatuhan
Menghunjam kesalahan
Membersihkan kebenaran

Dan di detik terakhir lingkup kebaikan
Kembali Engkau tampakkan ke-Maha-an
Menenggelamkan ilusi keindahan
Menampakkan fakta kebahagiaan
:sampai diri didekatkan

18.7.18
Bandung

#3

 

Tak Mungkin Bisa Kutebak
~

Ketika aku tak berpikir Engkau akan…
Justru malaikatmu datang membawa apa yang kubutuhkan

Ketika aku mengharap hal itu baik untukku,
Justru Engkau datangkan diluar harapanku

Dan saat aku coba menebak apa yang hendak Engkau lakukan
Yang pada sangkaku hal itu mudah dan bakal betul bisa kutebak
Engkau malah memberikanku kejutan
Yang menjadikanku terhenyak, hingga tergelak

Memang, tak kan pernah bisa kutebak
Sebab akal tak kan mampu menyentuh
Terhalang fana’ dan keabadian

18.7.18
Bandung

#4

 

Gusti, aku rindu
~

Waktu menyanyi
Ditelingaku sunyi
Lagu entah apa
Menabur jenis cinta tak biasa

Bintang dalam ingatanku
Mengetuk nostalgia
Pada cahayaMu
Disejengkal jarak dahi sajadah

Gusti,
Rindu aku
Tak lama lagi bertamu
Mengulang tangis diantara sudut itu
Yang wangi
Yang diperebutkan
Yang dicium tanpa henti

Gusti, aku rindu
Duduk diantara kesucian
Diam pada keindahan
Menangis dalam penyesalan

:sebab hanya dengan rindu, aku senantiasa mengingatMu.

18.7.18
Bandung

#5

 

Dengan NamaMu
~

Segala berawal
Semua bermula
Tumbuh
Berkembang

Menghampar
Tersusun
Berombak
Dan berputar

Begitupun aku
Atas namaMu
Ditakdirkan
Dihidupkan
Hingga dimatikan untuk dihidupkan

Dan dengan NamaMu,
Semua terselesaikan.

18.7.18
Bandung

#6

 

Angin yang Bertasbih
~

Dengan isyarat ia berkalimat
Tanpa terlihat
Namun keberadaannya nyata
Bikin takjub bola mata

Dan ketika ia bercengkrama dengan dedaun
Ia begitu bahagia
Barangkali kebahagiaan itu bisa kita maknai
Ia sedang bertasbih sama-sama

Indah, Gusti menciptakannya
Untuk bertasbih dengan caranya
Cara yang tak biasa
Sebagaimana ruh pada cinta
Cukup dinikmati dari daun-daunnya
Bergerak cantik
Begitu anggun
Mempesona.

18.7.18
Bandung

#7

 

Awan yang Bergerak
~

Kulihat di ujung langit sana ia datang
Pelahan ia mengikuti arus udara
Bersama
Menjalankan TitahNya

Dari jarak yang jauh
Antara awan ini dengan awan itu
Aku perhatikan
Aku tertegun

Oh Paduka,
Keindahan dari segumpal awan itu
Ternyata juga sebuah tanda
Bahwa kebersamaan mereka hanya sementara
Di setiap jarak ke sepersekian
Mereka terpisah
Mereka juga berangsur sirna
Hingga pada tepat di titik tertentu
Mereka tiada

18.7.18
Bandung

#8

 

Jangan Biarkan aku Tertipu
~

Pada sangkaku
Ia jodoh

Pada sangkaku
Ia takdir

Pada harapku
Semua itu benar

Namun,
Paduka lebih tahu
Jangan biarkan aku tertipu

18.7.18
Bandung

#9

Jangan Engkau Beri
~

Tuhan,

Jangan Engkau beri aku kekuatan
Jika pada kekuatan itu, ada kelemahan yang tertekan

Jangan Engkau beri aku kepintaran
Jika pada kepintaran itu, ada kebodohan yang terabaikan

Jangan Engkau beri aku kekayaan
Jika pada kekayaan itu, ada kemiskinan yang terkucilkan

Jangan Engkau beri segala hal,
Jika pada segala hal itu, ada kesombongan yang terselipkan

Tuhan,

Beri saja kecukupan untukku,
Kecukupan untuk bersyukur atas semua karuniamu.

18.7.18
Bandung

#10

 

Itu SenyumMu
~

Ketika ada senyum saat marah
aku yakin disitu ada senyumMu

Ketika ada senyum saat teraniaya
aku yakin disitu ada senyumMu

Ketika ada senyum saat digunjing
aku yakin disitu pun ada senyumMu

Ketika ada senyum saat sakit
aku yakin disitu pula ada senyumMu

SenyumMu, itu senyumMu.

Maka betapa bahagia aku,
Bisa mendapati senyumMu.

Disetiap waktu.
Pada kacamata sendu.
Meski nyatanya justru sebab rindu,
SenyumMu dalam hatiku.

18.7.18
Bandung

#11

Saat Terindah
~

DenganMu
Tidak ada yang tak indah
Semua indah

Bahkan ketika Engkau jatuhkan aku
aku justru bersemangat
Ini lebih indah dari biasanya

Sebab saat terindah denganMu
Adalah ketika aku sabar
Setiap kali Engkau jatuhkan

18.7.18
Bandung

#12

 

Oh Pengasih
~

Engkau selalu memaafkanku
Meski setiap hari aku melakukan salah
Meski kadang aku tak ingat Engkau
Engkau senantiasa tak pernah benci
:Engkau pun tak henti mengasihi

O… Pengasih
Berawal dariMu rasa kasih
Yang takkan pernah jadi serpih
Senantiasa bersih
Putih.

18.7.18
Bandung

#13

 

Detik Waktu
~

Detik waktu
Mengejarku
Mengajariku
MengenalMu

Melihat betapa baik Engkau
Pada apa yang kurasa

Melihat betapa indah Engkau
Pada apa yang kupandang

Bersama setiap detik aku
Berharap tak pernah jadi luput padaMu

Bersama detik waktu
aku untukMu.

18.7.18
Bandung

#14

 

O… Penyayang
~

Kepada Engkau aku serahkan
Sepenuh diri dan kehidupan
Bahwa memang hanya ada Engkau
Semestinya pun cuma Engkau

Yang mengisi hati
Yang mengisi benak
Yang tertaut di jiwa
Yang tertaut di raga

O… Penyayang

Berikan aku,
Benak yang banyak mengingatMu
Hati yang lembut mencintaiMu
Jiwa yang rindu padaMu
Serta raga yang berdzikir tanpa henti untukMu

18.7.18
Bandung

#15

 

Incoming Search :

puisi tentang kebesaran allah, puisi pendek tentang allah, puisi rindu allah swt, puisi tentang allah swt, puisi doa untuk tuhan, puisi tentang allah maha pencipta, puisi tentang allah tuhanku, syair cinta kepada allah, puisi cinta kepada allah dan rasul, puisi rindu allah swt, kumpulan puisi cinta karena allah, syair sufi cinta, puisi renungan ilahi, syair syair tasawuf, puisi cinta allah dan muhammad, syair arab tentang cinta kepada allah, puisi cinta sufi muda, syair sufi jawa, kata kata cinta sufi, syair sufi tentang kehidupan, syair sufi tentang allah, puisi kekuatan hati sufi, syair sufi tentang kematian, syair sufi jalaludin rumi

Tentang Menuju-MU

Jalan MenujuMu
Jalan MenujuMu

 

Tentang Menuju-MU

Puisi oleh Miftah Sr.

 

Kepada keberadaanMu

Aku menyangka dunia ini adalah manifestasi dariMu

Tetapi bukan, justru Engkaulah manifestasi dari dunia ini

Engkaulah yang sejatinya nyata

Engkaulah yang berada

Sedang mataku terpedaya

 

Kepada keindahanMu

Aku menyangka bahwa sebagai diri aku dapat menemuiMu

Tetapi aku salah, justru Engkau akan bisa kutemui jika aku telah hilang dari diriku

Sebab untuk sampai kepadaMu, ada hijab besar menggelapi

Aku harus merobeknya

Atau menunggu Engkau membukakannya

 

Kepada kasihMu

Aku mengira bahwa karomah adalah bentuk kasih utama yang kau beri

Sehingga aku lalu sibuk mencari cara mendapatkannya

Tetapi aku keliru, benar-benar keliru, sebab justru keutamaannya ada pada istiqomah

Melakukan hal baik, tak peduli sedikit, penting dilakukan terus menerus

Tanpa rasa lelah

 

Sebagaimana kemuliaan Sang Purnama

Beliau ulurkan tangannya untuk menyuapi

Meski perkataan buruk menghujaninya

Tak jadi surut kebaikannya

Sampai beliau pulang

Sampai air mata dari objek laku istiqomahnya berlinang

 

 

03 April 2018

Bandung

 

 

Betapa Baik Engkau

Betapa Baik Engkau

Puisi oleh Miftah Sr.

 

Saat deru angin menghantarkan jutaan debu beterbangan

Menghantui jiwa-jiwa kami akan datangnya masa kekurangan

Kami, justru masih banyak yang lupa mencari

Kebesaran nama-Mu seharusnya lebih dalam terpatri

:di Hati. Dalam Diri.

 

Pada harta yang kami kira milik kami sendiri

Kemudian pencarian itu lebih dulu berlari

Mengesampingkan yang mestinya

Meninggalkan baiknya

 

Namun, sungguh betapa baik Engkau

Wahai Tuhanku…

Betapa, Maha Engkau,

Selalu setelah itu ada ampunan bagiku,

:bagi kami yang sering tak tahu diri.

 

Engkau rangkul kami dengan kasih-Mu

Engkau bersihkan kami dengan anugerah-Mu

Meski nantinya diantara kami ada yang kembali tak tahu diri

Kebaikan-Mu tak kan pernah henti memberi

 

 

01.12.2017

Bandung

 

Scroll to Top