Cahaya Dari Sepotong Ayat
Puisi oleh Mieft Aenzeish
Setelah lelah kaki
aku istirah, duduk diantara warna gelap
menikmati nyanyian debur sungai pasang
seolah mengajakku deras mengalir
sampai menemu wajah hilir
Angin bersiul di sekelilingku
menyambut datangnya keheningan
sampai ke jiwaku
hening terasa begitu ngilu
lebih dari sekadar membenalu
Aku butuh cahaya,
sungguh aku butuh cahaya
untuk istirahku
untuk perjalananku
Sungguh
Telah lemah sekujur diri
sungguh
telah lemah sekujur hati
Butuh hanya cahaya
butuh serupa lilin dan api
Dan saat warna gelap lebih mencekam
kudengar sayup-sayup suara
dari arah barat
mengombak indah ke telingaku
mengetuk pintu jiwaku
Merembes ke hati
mengalirkan tanya di pikiranku
“Itukah nyanyian cahaya?”
“Itukah cara mematikan warna gelap ini?”
lalu langit menggerimiskan kasihnya
membasuh dosa-dosa
Aku kemudian berwudlu
mengeja ayat-Nya
“Wa Innallaha Robbi Wa Robbukum Fa’buduuh,
Hadza Shirootum mustaqiim.”
05.04.2017
Cimahi